Apakah Itu Adil?

Aku tak tahu harus memulai darimana, karena menulis tentangmu sangatlah sulit dijelaskan.
Mungkin aku terlalu mengagumimu, sehingga menulis tentangmu saja tanganku sudah basah karena gugup.

Mungkin 2 tahun lebih belum cukup untuk aku mencintaimu.
Mungkin salah jika aku masih diam-diam mengharapmu dalam tiap doaku.
Mengharap agar kau mau mendengar doa yang sudah aku rapalkan dari 2 tahun yang lalu.
Masih tetap sama dan aku tak ingin mengubahnya.

Aku masih tak bisa lupa tentang bagaimana caramu menjauhiku.
Bagaimana dengan teganya memilih untuk pergi karena sesuatu yang masih bisa diperbaiki.

Tapi bagimu, apapun yang sudah membuatmu ingin melangkah pergi, kamu pasti tak bisa dihalangi. Walau masih sama-sama mencintai.

Mungkin ini yang namanya takdir, bahwa apa yang selalu aku harapkan kembali tak kunjung aku dapatkan karena kau memilih lari dari sisi.

Kau yang dahulu pernah berkata bahwa "Tetaplah menetap. Karena aku tak tau apa yang harus ku lakukan ketika tidak ada dirimu." sekarang malah kau yang pergi meninggalkanku.

Apakah itu adil?