Sebelas;

 Aku melihat jam tanganku yang sudah menunjukkan hampir pukul sebelas malam, sudah saatnya aku untuk pulang. 

Menyusuri heningnya malam dengan menggunakan "Harbi" mobil putih kesayanganku, dengan diiringi alunan musik sendu, menambah perasaan sedih 

Aku menghela nafas pelan.

Mataku sudah berair sejak sore tadi, berusaha sekuat tenagaku untuk menahan rasa itu, walau pada akhirnya sekarang, air mataku bak air terjun yang tidak akan pernah habis.

Moodku sedang berantakan hari ini. Banyak hal buruk yang terjadi, hingga membuatku nyaris hilang kendali.

Kini, radio milik Harbi sedang memutar lagu "Kunto Aji - Rehat" 

Melodi yang membuat pikiranku hanyut, terlebih liriknya yang membuat perasaanku semakin kacau,

"Tenangkan hati, semua ini bukan salahmu..
Jangan berhenti, yang kau takutkan takkan terjadi" 

Aku mulai terisak dan semakin terisak. Air mata yang menggenang di pelupuk mata membuat pengelihatanku menjadi kabur, dan pada akhirnya aku memilih untuk menepikan Harbi dan menangis disana. 

Dinginnya udara luar ketika hujan sudah tidak aku pikirkan. Aku hanya memikirkan bagaimana cara agar aku tenang. 

"Tarik napas... Buang..."  Ayo, lo pasti bisa Ra.. 

Beberapa kali aku sudah berusaha menenangkan diri, walau pada akhirnya, aku biarkan tangisku semakin pecah. 

Berteriak, memukuli kemudi, menuangkan seluruh amarah dan lara yang sudah aku simpan sejak tadi. 

"Yang dicari, hilang..
Yang dikejar, lari..
Yang ditunggu, yang diharap, biarkanlah semesta bekerja untukmu"

Perasaan campur aduk yang aku rasakan saat ini aku biarkan menguap dengan diiringi tangis lepasku. Aku biarkan mereka beradu dalam udara dingin yang semakin menusuk kulitku. 

Merasa bahwa semua adalah salahku adalah hal yang paling aku benci. Padahal, tidak semua hal yang aku lakukan adalah salah. 

"Gue benci hari ini. Gue akan terus mengingat hari ini sebagai peringatan bahwa gue sebenci itu dengan hari ini. Gue enggak akan pernah lupa, bagaimana semesta mempermainkan hidup gue." 

Aku melirik handphoneku, karena ada bunyi sebuah pesan dari seorang yang sering menantiku,

"Sudah di rumah?"

mataku seketika membulat. Bukan karena "dari siapa" pesan itu berasal, melainkan ketika aku  mengetahui tanggal dan jam yang tertera di handphoneku,

"Sel, 11 Juli 2023, 11.30 PM" 

"Boleh aku bersumpah untuk hari ini?
Aku ingin bersumpah bahwa aku ingin menghilangkan 11 Juli dari hidupku." Monologku.

Aku benci sebelas.
Aku benci tangisku di hari ini.
Akan aku kutuk sebelas untukku jika aku mampu.

Dan kemudian, aku dengan segala sisa tenagaku sehabis menangis, menyalakan mobil kesayanganku dan melaju pelan menyusuri jalan, sebelum akhirnya aku akan sampai di rumah. 

Iya, Rumah baruku.

Komentar

Postingan Populer