Selamat hari Ayah, Yah.

"Ayah, terima kasih sudah bertahan sampai sejauh ini"
"Ayah, terima kasih sudah mau mengerti dan memahami apa yang aku mau"
"Makasih ya Ayah, udah berusaha untuk sembuh walaupun itu emang susah banget."
"Ayah, kalau sedih atau kangen orang yang Ayah sayang, tolong jangan dipendam sendiri ya? kan Ayah nggak sendiri, ada aku"
"Ayah, gimana sih caranya enggak nangis dan tetap bisa menghibur orang lain walaupun kita lagi di posisi yang hancur?"
"Ayah, kenapa Ayah bisa setegar itu?"

Ada banyak hal yang sebetulnya ingin aku sampaikan pada Ayah, bahwa bagaimana Ayah bisa memiliki hati yang sangat lapang dan sabar ketika mengetahui sesuatu hal yang bahkan enggak akan pernah kita sangka sama sekali?

Ayah, aku tahu, pada saat itu ayah pasti merasa sangat sedih dan terpukul.
Ayah kehilangan salah satu sosok perempuan yang sangat Ayah kasihi, semua menangis ketika mengetahui hal itu, termasuk aku. Tapi tidak denganmu, Yah.

Ayah datang dengan wajah yang tenang seperti tanpa beban sama sekali. Aku sempat berfikir apakah ayah tidak merasa kehilangan?
Ayah terlihat biasa saja bahkan dengan mudahnya ayah tersenyum lebar dan mengajak orang di sekitar untuk tertawa. Semuanya begitu mudah untuk dilewati, tapi tidak untuk aku saat itu.

Bahkan Ayah sendiri yang menyiapkan semuanya. mulai dari proses awal, sampai pada akhirnya proses terakhir dijalankan, Ayah masih saja bergeming dan tidak ada satu tetes air mata yang terlihat olehku.

Apa aku salah bahwa aku berharap Ayah menangis sekali saja?

Bahkan setahun setelah itu, Ayah juga kehilangan setengah nyawa yang sudah Ayah punya sejak Ayah lahir, 
Tapi Ayah tetaplah Ayah, Ayah masih terlihat senyum bahkan sesekali tertawa karena lelucon garing yang Ayah buat sendiri.

Aku pernah bertanya pada Ayah, "Ayah, kenapa Ayah enggak sedih ditinggal sama Om?" dan jawaban Ayah, "Buat apa Ayah sedih, kasihan nanti. Lagian kan sudah jalannya dipanggil sama Tuhan, ya mau bagaimana lagi."

Aku bahkan tidak percaya Ayah akan menjawab pertanyaanku seperti itu.

Aku merasa lemah sekali, aku bahkan sampai sekarang masih sering menangisi atau bahkan menyesalinya, tapi Ayah tidak.

Ayah juga manusia. Punya marah dan rasa sedih, tapi ketika orang lain bersedih, Ayah akan dengan senang hati untuk menghibur dan membuat orang lain tertawa.

Aku sering sekali merasa kesal akan sesuatu, tapi Ayah yang selalu membuatku melupakan rasa kesal itu.
Aku sering sekali merasa sedih karena hal yang selalu aku sesali selama ini, tapi lagi-lagi Ayah datang dengan riang dan memberikanku hal yang sangat aku suka.
Ketika aku sedang putus cinta, ayah dengan sengaja akan mengejekku dan berkata bahwa, "halah udah, jangan dipikirin."

Ayah, mungkin Ayah enggak tahu seberapa sayangnya aku sama Ayah karena memang aku enggak pernah ngomong ke Ayah langsung. 
Ayah enggak tahu gimana khawatirnya aku waktu Ayah sakit, gimana khawatirnya aku kalau Ayah main dan enggak pulang-pulang, khawatirnya aku kalau pas aku bangun dan keluar kamar udah enggak ada Ayah dan Ibu, gimana khawatirnya aku kalau Ayah sampai pingsan karena kegerahan.

Ayah adalah Ayah dan Akong yang hebat!
Terima kasih untuk semua kasihmu, untuk semua candaan garingmu, untuk semua kejailan yang sampai sekarang masih mendarah daging, terima kasih sudah mau dan terus ingin menjadi Superhero anaknya yang super cengeng ini, terima kasih untuk tiap sabarnya ayah.

Terima kasih untuk kerja keras Ayah selama ini, 
Selamat hari Ayah!
I Love You more than anything, Yah.
Sehat terus!






Komentar

Postingan Populer