Selamat Bertambah Usia, Pak.
Edwan Wisnu Dewanto,
Tanggal 23 bulan Januari pada setiap pergantian tahun adalah hari spesialmu, pak.
Usia yang sudah tidak lagi muda membuat pendengaran, pengelihatan, bahkan tenagamu juga sudah tidak seperti dahulu ketika muda.
Gigi yang tinggal satu buah, rambut dan kumis yang sudah mulai ditumbuhi rambut warna putih, wajah yang mulai mengeriput tak menghilangkan senyum manismu, Pak.
Bapak sehat terus ya? Temenin adik sampai adik sudah bisa se-mandiri mungkin.
Begitu banyak hal-hal yang ingin adik lakukan denganmu, misal berpergian bersama ibu dan juga bapak.
Jaga pola makan, ingat bapak punya darah tinggi dan diabetes, hehe.
Banyak-banyak istirahat. Inget, kesehatan itu penting banget!
Aku masih ingat bagaimana bapak menceritakan tentang masa muda dulu. Kenakalan-kenakalan apa yang pernah bapak lakukan, sampai cita-cita yang tidak direstui sama Mbah Putri.
Bapak bercerita kalau bapak suka banget berantem, bapak pernah belain saudara bapak yang lagi digangguin sama orang lain. Bapak menjadi orang nomor satu yang mau maju kalo temen-temennya lagi dalam bahaya. Bapak juga bisa menguasai segala jenis olahraga, karena itu cita-cita bapak.
"Padahal bapak udah ngubur dalam-dalam kisah bapak jaman dulu, biar jadi masa lalu aja gitu. Eh malah adikmu mainnya di tempat temen bapak yang tau masa lalu bapak gimana"
"Siapa nama bapakmu?"
"Oh yang punya saudara kembar ya?"
"Kamu tahu, dulu bapakmu adalah orang yang berani maju sendirian ketika kita sedang berkelahi dengan kampung sebelah."
Aku tertawa begitu mengetahui bagaimana masa kecil yang sudah bapak lalui. Menyenangkan ya?
Terkadang aku ingin menjadi berani seperti Edwan di masa mudanya.
Menjadi pahlawan dihadapan temannya, bahkan berani melawan guru untuk sekedar mencari sebuah kebenaran.
Bapak adalah manusia yang bisa memperlakukanku layaknya seorang putri.
Bapak terkadang suka kesal padaku karena aku yang susah diatur.
Bapak yang selalu mewujudkan tawa di sekitar membuatku ingin melakukan hal yang sama.
Bapak, jangan bersedih terus ya? Aku tahu ini adalah salah satu hal yang paling berat ketika bapak harus kehilangan saudara kembar bapak karena beliau mengalami sakit yang sudah cukup lama. Walaupun adik tau bapak tidak meneteskan air mata, bahkan masih bisa bercanda dengan saudara yang lain tapi aku tahu hati bapak benar-benar hancur. Melihat bapak lebih banyak diam daripada biasanya membuatku khawatir. Bahkan bapak rela pergi malam-malam ke rumah saudara kembarmu hanya untuk sekedar mengajaknya makan bersama.
Bapak adalah manusia paling kuat yang aku punya, dan yang paling baik tentunya.
"Dik, kenapa bapak masih enggak percaya kalo Om-mu sudah berpulang ya?"
"Bapak masih inget gimana kemarin bercanda bareng, bahkan Om-mu masih bisa becanda dan ketawa"
Aku yang mendengarnya hanya bisa diam. Bagaimana aku bisa menjawab semua pertanyaan yang aku sendiri tidak tahu jawabannya?
Aku hanya bisa menahan tangisku sendiri. Aku tidak ingin membuatmu lebih sedih ketika melihatku meneteskan air mata.
Bapak bahkan bisa menceritakan semuanya tanpa meneteskan air mata sama sekali. Walaupun wajah bapak terlihat sangat sendu, tapi sebisa mungkin bapak enggak memperlihatkan bahwa sedang bersedih.
Harusnya tahun ini bapak merayakan ulang tahun bareng lagi ya? Tapi sekarang bapak cuma bisa merayakan ulang tahun sendiri, tapi bapak masih bisa mengirim Om doa paling tulus darimu.
Pak, sudah.
Aku tidak ingin melihatmu sedih dengan kepergian setengah jiwamu.
Aku tahu pasti rasanya aneh, yang dulunya selalu berdua, ketika bapak sakit tidak berselang lama Om juga ikut sakit. Bahkan yang lebih konyol, ketika bapak memutuskan untuk memangkas habis rambutmu dan Om juga memangkas rambutnya hingga habis.
Lucu memang.
Semua akan kembali, bukankah bapak sendiri yang bilang bahwa jangan pernah larut dalam kesedihan.
Bapak juga harus begitu ya?
Maaf pak, Adik hanya bisa memberikan ini sebagai hadiah ulang tahunmu tahun ini.
Aku akan selalu berusaha menjadi anak yang lebih baik untukmu dan juga Ibu.
Tetap jaga kesehatan dan jaga pola makan ya?
Maaf pak, anakmu ini masih cupu karena tidak berani mengucapkan kalimat sayang langsung kepadamu, tapi ketahuilah bahwa aku sangatlah mencintaimu.
Selamat menua Pak, Om.
Rest In Love Om Edwin Pandu Dewanto, tanpa pernah om sadari juga aku juga mencintaimu seperti aku mencintai Bapak.
Aku selalu berdoa untukmu. Surga adalah tempat terbaik untukmu sekarang, Love.
Love you both!
Komentar
Posting Komentar